Di suatu malam,
tepatnya di hari Minggu pukul 02.00 subuh, seorang pria bertopeng memasuki kediaman
keluarga Pujitanto. Namun Pujitanto yang saat itu sudah tertidur mendengar sayup-sayup suara pintu kamar terbuka dan mengira bahwa itu adalah sang istri.
“Suara itu
mengganggu, akhirnya sama panggil “Maa..Maa”. Waktu saya panggil, saya langsung
bangun. Orang itu pakai topeng, penutup kepala. Naik ke tempat tidur lalu
memukul saya dengan pukulan pemijat ke arah muka saya,” demikian Pujianto mengisahkan kejadian yang dialaminya itu.
Saat sang maling
berhenti memukulinya, Puji akhirnya merasakan sakit dibagian dada seperti tusukan.
Dia mulai menyadari bahwa dirinya ditusuk setelah benar-benar terbangun dan
memanggil-manggil sang istri. Endah yang saat itu terbangun menyaksikan seorang
pria bertopeng menusuk suaminya kemudian histeris dan meneriakinya ‘maling’. Seketika
itu pula pria bertopeng tersebut menyerang Endah dan menusuknya pula dibagian dada.
“Saya keluar
kamar sambil teriak ‘malinggg...malinggg’, diikuti oleh anak saya paling kecil. Waktu
saya memegang gagang telepon, orang itu saya lihat berusaha membuka pintu lalu balik menyerang suami saya lagi,” terang Endah.
Dengan
diselimuti ketakutan dan kepanikan, Endah terus berteriak ‘maling maling’, sampai
akhirnya putra sulungnya Peter terbangun dan menyaksikan kejadian itu. Dengan segera
Peter berlari menuju kamar orangtuanya dan menolong sang ayah yang saat itu sedang
berusaha menghindari serangan pria bertopeng itu. Peterpun berhasil mendekap sang
maling dengan ketat, kemudian Puji meraih kabel dan mengikatkannya ke bagian leher si pria bertopeng itu.
Dalam kondisi yang
serba kacau, Peter segera meninggalkan sang ayah dan pria bertopeng tersebut untuk
mencari pertolongan. Puluhan luka tusukan di tubuh Puji membuatnya lemah tak
berdaya. Dia pun akhirnya membiarkan si pria bertopeng tersebut di dalam kamar.
Tanpa disangka, sang maling berusaha untuk melarikan diri. Sayangnya, saat hendak menuruni jendela pihak polisi berhasil membekuknya.
Dalam kondisi penuh
luka, Pujianto dan Endah berangkat menuju rumah sakit. Berkat doa dan dukungan
sang istri, Puji bisa bertahan hingga tiba di rumah sakit. “Tuhan Yesus tuh
lebih kuat dari semua ini. Ayo kuat terus jalan. Saya udah pasrah nyampe apa
nggak ke rumah sakit. Sepanjang jalan pokoknya saya bilang ‘Tolong Yesus. Tolong kuatkan’. Ternyata sampai di rumah sakit,” kenang Endah.
Puji harus
menjalani dua operasi besar akibat luka tusukan yang mengenai organ penting
dalam tubuhnya. Rasa sakit yang bukan kepalang membuat Puji begitu menderita. Namun
dia kemudian menyerahkan rasa sakitnya kepada Tuhan. “Jadi hidung saya diberi
selang langsung masuk ke lambung. Pada saat hari pertama itu, tidak boalh masuk
apapun (ke dalam perut). Saya bilang sama perawat ‘saya haus’. Susternya bilang:
“Bapak belum pulih. Bapak harus puasa.” Saya membayangkan Tuhan Yesus waktu
disalib. ‘Tuhan Engkau pernah merasakan haus seperti itu dan dilukai.’ Saya hanya
mencicipi sebagian dari luka itu. Mungkin seperti itulah penderitaan (Yesus) karena kehausan yang luar biasa,” ucap Puji.
Kendati di
tengah penderitaan yang begitu menyiksa itu, Tuhan bahkan memberikan kekuatan kepada
Puji. Lewat sebuah lagu rohani yang dinyanyikannya dalam hati, Puji seakan
mendapat kekuatan baru yang tak terkira. “‘Tuhan adalah kekuatanku, bersama Dia
ku tak akan goyah’ Ketika lagu itu saya nyanyikan dalam hati, lagu itu menguatkan saya, memompa semangat saya. ‘Harus sembuh! Harus sembuh!’”.
Sementara sang
istri, Endah merasakan sakit yang relatif jauh lebih ringan. Namun peristiwa nahas
itu membuatnya hidup dalam trauma dan ketakutan yang begitu mendalam. Saat
masih dalam perawatan, polisi yang melakukan penyelidikan tersebut menyampaian kabar
yang begitu mengejutkan. Pria bertopeng tersebut ternyata adalah tetangganya.Meski
begitu Endah belum mengetahui secara pasti motif dari kejahatan itu. Dengan mujizat Tuhan, kesembuhan pun dialami Puji dan Endah.
Endah yang saat
itu masih begitu trauma kerap kali terganggu dengan rasa takutnya setiap malam
tiba. Kondisinya tidak mengenakkan itu akhirnya berakhir ketika Puji mengajak sang
istri untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kesempatan hidup yang
kedua kalinya. Diapun mengingatkan sang istri untuk mau mengampuni orang lain
dan tidak menyimpan dendam.
Empat bulan
setelah kejadian, Puji dan Endah akhirnya mengambil keputusan yang pastinya
akan sulit diterima akal manusia, yaitu mengampuni sang pelaku sepenuhnya.